Temuan menunjukkan, ada hubungan dengan dunia luar, perdagangan komersial, tabungan dalam bentuk celengan, mata uang domestik dan asing, serta nilai tukar tertentu antara kedua mata uang tersebut.
Sistem moneter yang tampil dalam bentuk uang domestik dan asing tampaknya memperkuat asumsi bahwa Kerajaan Majapahit sebenarnya sudah mulai masuk ke era modern
Bukti itu dikemukakan oleh sekelompok arkeolog dari Lembaga Penelitian Universitas Indonesia yang dipimpin Bambang Sumadio. Penelitian yang berlangsung sejak 1984 ini melibatkan tak kurang dari 12 peneliti.
Uang-uang asing, yang antara lain berasal dari China dan Malaka serta uang domestik dengan tulisan Jawa dan gambar wayang, dipakai untuk tujuan komersial, yang motifnya adalah keuntungan.
Baca Juga: Tambah bintang untuk tangkap potensi Bali
Bahkan, beberapa sumber-sumber tertulis menyebutkan, ada nilai tukar di antara uang-uang tersebut. Mata uang Malaka, misalnya, berharga satu seperempat mata uang Jawa.
Hingga sekarang telah ditemukan sekitar 10.000 keping mata uang China di situs Trowulan, yang saat ini seluruhnya tengah dibersihkan. Penggunaan mata uang asing tersebut lantaran Majapahit telah mengalami era perdagangan global dengan bangsa lain.
Secara ekonomi, pada awalnya Majapahit berlandaskan ekonomi agraris. Tapi, hasil bumi yang melimpah ruah dari daerah pedalaman yang subur diangkut ke berbagai daerah untuk diperdagangkan, melalui jalur darat, sungai, dan laut saat puncak kejayaannya.
Ketika itu, Majapahit telah mengadakan hubungan perdagangan dengan daerah-daerah di luar Jawa, yaitu dengan Banda, Ternate, Ambon, Banjarmasin Malaka, dan Filipina.
Baca Juga: 5 Kelenteng tertua di Indonesia
Beberapa daerah pesisir yang dijadikan pelabuhan pun membuat kemunculan pusat-pusat perdagangan, seperti Canggu, Surabaya, Gresik, Sidayu, Pasuruhan, Tuban, dan Jepara. Para pedagang dari Nusantara, Tiongkok, dan Arab serta orang-orang Eropa pun berdatangan ke Nusantara.
Puncak kejayaan hingga keruntuhan Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan saat dipimpin Hayam Wuruk yang berkuasa sejak 1350 sampai 1389. Hayam Wuruk menjadi pemimpin saat usianya 16 tahun.