BUDAYA - Tari saman berasal dari daerah dataran tinggi Gayo, yaitu daerah di sekitar Danau Laut Tawar, Provinsi Aceh. Tari Saman biasa ditampilkan ketika perayaan peristiwa-peristiwa penting di dalam adat masyarakat Gayo.
Tarian saman berasal dari daerah dataran tinggi Gayo ini menggunakan Bahasa Gayo dalam syairnya. Biasanya nyanyian dan syairnya diawali dengan puji-pujian kepada Allah.
Selanjutnya, ada salam sapaan kepada khalayak ramai, berbagai jenis nyanyian, dan pantun-pantun. Hal itu sangat tergantung pada tema acara yang sedang digelar.
Namun, secara umum tari saman berisi rayuan, nasihat, sentilan-sentilan, dan gombalan-gombalan yang bertujuan menghibur.
Pada 24 November 2011, tari saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia dalam sidang ke-6 Komite Antar-Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda UNESCO di Bali.
Baca Juga: Tari Merak Berasal dari Daerah Jawa Barat: Ini Properti, Makna Gerakan, dan Sejarahn
Gerakan tari saman
Dirangkum dari laman resmi Kementerian Luar Negeri, gerakan tari saman menggunakan dua unsur gerak dasar, yakni tepuk tangan dan tepuk dada.
Gerakan tari saman ditampilkan dengan cara duduk, rapi, dan berjajar yang tidak sama dengan tarian lainnya yang biasanya melakukan gerakan bebas.
Semua gerakan tari saman tersebut menggunakan bahasa Gayo lantaran tari saman berasal dari daerah dataran tinggi Gayo, Aceh. Gerakan tari saman adalah tepukan dan tempo syair yang khas sangat istimewa karena semua bisa berjalan seirama.
Gerakan tari saman tidak mungkin dilakukan hanya oleh satu orang saja, maka para penari yang memadukan gerakan menepuk pundak dan tangan ini pasti melakukannya beramai-ramai.
Tari saman dimainkan oleh laki-laki yang berjumlah ganjil minimal 7 orang. Jumlah penarinya tidak terbatas namun haruslah ganjil.
Baca Juga: Tari Piring Berasal dari Sumatera Barat: Ini Makna Gerakan, Properti, dan Sejarahnya
Sejarah tari saman
Namun, sejak kapan tari saman ada di tengah masyarakat Gayo masih sangat simpang siur. Tari saman ada di tengah masyarakat Gayo secara turun temurun.
Dirangkum dari buku Lanskap Negeri Saman (2017) oleh Rismawati, beberapa ahli menyebutkan, sejarah tari saman sudah ada sejak penjelajah dunia pada abad ke-8 sampai abad ke 15 Masehi, antara lain It Sing, Fah Yan, Marco Polo, dan Cheng Ho.
Pada waktu mereka melintas di Selat Malaka, mereka singgah di Kota Perlak dan Daya Pasai yang waktu itu dikuasai oleh saudagar dari Persia, Arab, Gujarat (India), dan Cina.
Mereka melihat ada sekelompok penduduk pribumi dari pedalaman Aceh. Penduduk pribumi tersebut melakukan kegiatan kesenian, yaitu bernyanyi, bertepuk tangan, dan menepuk paha sambil duduk berlutut di malam hari.
Tetapi, disebutkan bahwa penduduk pedalaman itu belum memeluk agama Islam. Selain itu, sejarah tari saman juga dikaitkan dengan seorang ulama penyebar agama Islam pada abad ke-14, Tengku Syekh Saman.
Baca Juga: 10 Warisan budaya tak benda Indonesia yang diakui UNESCO
Dia mendatangi masyarakat pedalaman dan menggunakan kesenian bertepuk-tepuk tangan itu sebagai media mengajarkan agama Islam. Secara khusyuk mereka bertepuk tangan dan menepuk dada sambil mengucap Lailahaillallah.
Makin lama gerakan itu makin cepat, diiringi irama seperti berzikir, dengan gelengan kepala ke kiri dan ke kanan. Setelah berulang kali, terbentuklah gerakan gerakan yang indah dengan syair-syair ketauhidan, kisah perang sabil, dan hikayat nabi.
Namun, belum ada catatan faktual tentang sejarah ini. Dalam adat istiadat Gayo, tari saman saat ini telah berfungsi sebagai piasan atau hiburan.
Dalam bahasa Gayo disebut sebagai reriahan rerami yang artinya kira-kira ‘kemeriahan keramaian’. Sebab, tari saman berasal dari daerah Gayo ini biasa ditampilkan untuk merayakan sesuatu seperti panen padi, hari raya, perayaan Maulid, dan tawar kampung.
Nah, itulah penjelasan mengenai tari saman berasal dari daerah datarang tinggi Gayo, Aceh serta gerakan tari saman dan sejarah tari saman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News