KONTAN.CO.ID - Mengenal Gerhana Bulan Total 7 September mendatang. Gerhana Bulan Total terjadi saat Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, sehingga Bulan berada sepenuhnya di dalam bayangan gelap (umbra) Bumi.
Cahaya matahari yang membelok melalui atmosfer Bumi akan membuat Bulan tampak berwarna kemerahan fenomena ini sering disebut Blood Moon.
Melansir dari laman Space, peristiwa ini merupakan bagian dari Saros 128, yaitu rangkaian gerhana berulang yang terjadi tiap ±18 tahun. Gerhana kali ini adalah yang ke-41 dari total 71 dalam serinya.
Baca Juga: 7 Fenomena Astronomi pada Agustus 2025, Ada Puncak Hujan Meteor di Tengah Bulan
Visibilitas Blood Moon di Indonesia
Fenomena ini sepenuhnya terlihat dari seluruh wilayah Indonesia, selama kondisi langit cerah. Namun, di sebagian area timur Indonesia (seperti Papua), fase akhir mungkin tidak terlihat karena Bulan sudah mulai tenggelam saat gerhana masih berlangsung.
Nah, ada beberapa rincian pembagian estimasi waktu fase Gerhana Bulan Total 7 September mendatang, dilansir dari Star Walk.
Baca Juga: Jangan Lewatkan! 8 Fenomena Astronomi Menarik di Bulan September 2025
Jadwal di Waktu UTC (Universal Time)
- Penumbra mulai (P1): 15:28 UTC
- Sebagian mulai (U1): 16:27 UTC
- Totalitas mulai (U2): 17:30 UTC
- Puncak (Greatest): 18:11 UTC
- Totalitas berakhir (U3): 18:52 UTC
- Sebagian berakhir (U4): 19:56 UTC
- Penumbra berakhir (P4): 20:55 UTC
- Durasi totalitas: sekitar 83 menit (1 jam 23 menit).
Baca Juga: Black Moon 23 Agustus: Apa Itu dan Bagaimana Cara Melihatnya?
Jadwal di Indonesia (WIB) atau UTC+7
- Penumbra mulai: 22.26 WIB
- Gerhana sebagian mulai: 23.26 WIB
- Totalitas mulai: 00.30 WIB (8 Sept)
- Puncak: 01.11 WIB
- Totalitas berakhir: 01.53 WIB
- Gerhana sebagian berakhir: 02.56 WIB
- Penumbra berakhir: 03.56 WIB
- Total durasi fenomena berlangsung sekitar 5 jam 26 menit, dengan totalitas selama 1 jam 22 menit.
Baca Juga: Apa Itu Sturgeon Moon? Ini Sejarah Bulan Purnama pada 9 Agustus dan Cara Melihatnya
Keistimewaan dan Panduan Observasi
Bulan akan tampak dengan rona kemerahan dramatis akibat pembiasan cahaya matahari oleh atmosfer Bumi (efek Rayleigh scattering).
Gerhana bulan aman diamati tanpa alat khusus; cukup dengan mata telanjang. Namun, penggunaan binokular atau teleskop ringan akan membuat pengalaman lebih menarik.
Untuk memotret, gunakan teknik long exposure dan pilih lokasi yang minim polusi cahaya agar hasilnya lebih maksimal.
Baca Juga: Benarkah 5 Agustus Menjadi Hari Terpendek di Tahun 2025? Ini Penjelasan Ahli
Jangkauan Global & Kaitan Astronomi
Selain Asia dan Australia, fenomena ini juga dapat disaksikan dari Afrika, Eropa, serta sebagian Samudra Hindia dan Pasifik. Gerhana ini tidak terlihat di sebagian besar wilayah Amerika karena Bulan sudah terbenam atau belum terbit saat gerhana berlangsung.
Peristiwa ini terjadi mendekati titik perigee (Bulan paling dekat dengan Bumi), sehingga ukuran Bulan akan tampak sedikit lebih besar dari biasanya.
Malam itu, Bulan penuh dikenal sebagai “Corn Moon” akan terlihat di konstelasi Aquarius, berdekatan dengan planet Saturnus.
Demikian informasi terkait Gerhana Bulan Total 7 September mendatang yang disebut Blood Moon.
Tonton: Polisi Tangkap 1.240 Orang Terkait Kericuhan di Jakarta, 10 Jadi Tersangka
Selanjutnya: Rata-Rata Lama Tamu Menginap di Hotel versi BPS: Bali vs Jakarta
Menarik Dibaca: Promo Bakmi GM September Ceria, Makan Sendiri atau Berdua Mulai Rp 46.000-an Saja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News