HIKAYAT SANGKURIANG - JAKARTA. Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat erupsi pada Jumat (26/7). Tinggi kolom abu teramati lebih kurang 200 meter di atas puncak atau lebih kurang 2.284 meter di atas permukaan laut.
Gunung Tangkuban Perahu terletak sekitar 20 Kilometer (Km) ke arah Utara Bandung, Jawa Barat. Tercatat dalam sejarah, gunung ini meletus pertama kali pada tahun 1826.
Dalam penelitian, Gunung Tangkuban Perahu sempat erupsi sebanyak 30 kali pada tahun 2001. Tahun 2013 lalu Gunung Tangkuban Perahu kembali meletus.
Baca Juga: BMKG: Erupsi Gunung Tangkuban Parahu tak akan picu aktivitas sesar Lembang
Sekedar info, Tangkuban Perahu berbentuk stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah-pindah dari Timur ke Barat.
Legenda Sangkuriang
Gunung Tangkuban Perahu selalu dikaitkan dengan kisah Sangkuriang. Legenda rakyat ini masih melekat dalam ingatan sebagian masyarakat Indonesia.
Legenda Sangkuriang berawal dari kisah seorang Raja Sungging Perbangkara mengasuh bayi perempuan yang diberi nama Dayang Sumbi.
Dikutip dari ppid.bandung.go.id, Dayang Sumbi merupakan anak yang terlahir dari babi betina yang hamil setelah meminum air kencing Raja Sungging.
Dayang Sumbi tumbuh menjadi perempuan yang berparas cantik. Banyak pangeran, raja, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya. Sayangnya, Dayang Sumbi menolak seluruh lamaran yang datang.
Baca Juga: Tagana turut terjun mengevakuasi warga sekitar Tangkuban Perahu
Para pangeran, raja, dan bangsawan tidak langsung pulang setelah mendapat penolakan dari Dayang Sumbi. Mereka jadi saling berperang untuk memperebutkan sang putri.
Mengetahui hal tersebut, Dayang Sumbi pun bersedih dan meminta ijin kepada raja untuk mengasingkan diri. Setelah mengantongi ijin dari sang Raja, Dayang Sumbi berangkat ke sebuah bukit bersama seekor anjing jantan, Tumang.
Selama mengasingkan diri, Dayang Sumbi menenun untuk membunuh waktu. Suatu ketika, alat tenunnya jatuh dan dia malas untuk mengambilnya.
"Siapa pun yang bersedia mengambilkan alat tenunku yang jatuh, seandainya laki-laki akan ku jadikan suami, jika perempuan ku jadikan saudara," katanya.
Tidak disangka, Tumang lah yang mengambilkan alat tenun Dayang Sumbi.
Tidak dapat melanggar janji yang telah diucapkan, Dayang Sumbi menikah dengan Tumang. Rupanya, Tumang merupakan titisan Dewa yang dikutuk menjadi hewan dan dibuang ke Bumi.
Baca Juga: Benarkah letusan Tangkuban Perahu tiba-tiba? Ini penjelasan pakar gunung api
Beberapa bulan setelah menikah Dayang Sumbi mengandung dan melahirkan anak laki-laki. Dia memberi nama anaknya Sangkuriang.
Sangkuriang tumbuh menjadi pemuda yang gagah, tampan, dan sakti mandraguna. Sangkuriang hobi berburu sejak kecil. Tumang selalu menemani Sangkuriang berburu di hutan.
Namun, Sangkuriang tidak tahu bila Tumang adalah ayah kandungnya.
Sangkuriang jatuh cinta
Suatu hari, Sangkuriang berniat berburu kijang di hutan. Karena, dia ingin memenuhi keinginan Dayang Sumbi makan hati kijang.
Di dalam hutan Sangkuriang melihat seekor kijang yang tengah merumput. Dia pun menyuruh Tumang untuk mengejarnya, namun Tumang tidak menuruti perintahnya.
Jengkel dengan kelakukan Tumang, Sangkuriang membunuh Tumang. Dia pun mengambil hati Tumang untuk diberikan kepada ibunya.
Dayang Sumbi tidak mengetahui bila hati yang dibawa anaknya adalah hati Tumang. Tanpa banyak bicara, dia pun memasak hati tersebut dan memakannya.
Baca Juga: Kepala PVMBG: Tangkuban Perahu masih berstatus normal meski erupsi
Dayang Sumbi sangat marah saat mengetahui hati tersebut adalah organ tubuh Tumang. Dia mengambil gayung yang terbuat dari tempurung kelapa dan memukul kepala Sangkuriang sampai terluka.
Sakit hati dengan prilaku ibunya yang lebih menyayangi Tumang, Sangkuriang memilih meninggalkan rumah. Dia mengembara tanpa tujuan yang jelas.
Selama mengembara, Sangkuriang terus menambah kesaktiannya. Dia terus mengembara dan tidak sadar bila kembali ke tanah kelahirannya.
Sangkuriang pun bertemu dengan Dayang Sumbi dan tidak saling menengal. Sangkuringan terpesona dengan kecantikan abadi Dayang Sumi. Dayang Sumbi pun juga mengagumi ketampanan Sangkuriang.
Saling jatuh cinta, keduanya pun berencana untuk menikah. Sangkuriang pergi berburu sebelum pesta pernikahan digelar.
Sebelum pergi, Dayang Sumbi membantu Sangkuriang untuk memakai penutup kepala. Saat itu dia baru menyadari bila Sangkuriang adalah anaknya.
Mengetahui hal tersebut, Dayang Sumbi menolak untuk menikah dengan Sangkuriang. Dia menjelaskan kepada Sangkuriang bila dia adalah anak kandungnya.
Baca Juga: Erupsi Gunung Tangkuban Parahu kali ini lebih besar dari letusan 2013
Sangkuriang marah setelah mendengar penjelasan Dayang Sumbi. Dia pun tetap memaksa untuk mempersunting Dayang Sumbi.
Akhirnya, Dayang Sumbi memberikan syarat yakni meminta Sangkuriang untuk membendung sungai Citarum. Dia juga meminta Sangkuriang membuat kapal yang besar di tengah bendungan. Sangkuriang harus memenuhi syarat tersebut dalam waktu satu malam.
Sangkuriang pun menyanggupi seluruh persyaratan tersebut. Dia bekerja keras untuk menyelesaikannya. Asal tahu saja, Sangkuriang dibantu para jin untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Baca Juga: Pascaerupsi, kawasan wisata Gunung Tangkuban Perahu ditutup sementara
Dayang Sumbi merasa khawatir melihat Sangkuriang berhasil membuat kapal dalam waktu sekejap. Dia pun berdoa kepada dewa untuk meminta pertolongan agar Sangkuriang gagal.
Dayang sumbi menyusun rencana. Dia menyebarkan kain putih hasil tenunan dan memaksa ayam jantan berkokok sebelum fajar.
Mendengar suara ayam berkokok, para jin mulai panik dan meninggalkan pekerjaannya.
Sangkuriang marah mengetahui rencana Dayang Sumbi. Sangkuriang lantas menjebol bendungan di Sanghyang Tikoro. Sumbatan aliran Citarum dilempar ke arah timur dan menjelma menjadi Gunung Manglayang.
Dia juga menendang perahu besar hingga jatuh tertelungkup. Perahu tersebut menjelma menjadi gunung yang kini disebut Gunung Tangkuban Perahu.
Baca Juga: Tangkuban Parahu erupsi, Jokowi minta masyarakat waspada
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News